sedekah tangan kiri tidak boleh tahu
Kegembiraanadalah suatu yang relatif dan ianya tidak boleh dibeli sepenuhnya dengann wang ringgit. Hanya kegembiraan untuk mendapatkan keredhaan Allah SW sahajalah kegembiraan yang sejati. Sedekah yang mampu dilakukan tanpa diketahui tangan kiri adalah sedekah yang mengharapkan balasan dari Allah SW dan bukan balasan dunia.
SEBAIKbaiknya sedekah adalah dengan cara sembunyi -tidak diketahui- oleh orang lain. Hingga tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanan. Hal ini dilakukan untuk menghindari diri dari sifat ujub -riya'-. Hanya berharap ganjaran dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu" kalimat ini menduduki peringkat ke 2 dalam kategori "alasan terbaik untuk tidak bersedekah" dalam kamus saya setelah alasan "biar dikit yang
Bacajuga: 3 Kali Khatam Alquran demi Fitnah Islam, Wendy Lofu Akhirnya Jadi Mualaf. Namun lain halnya, apabila seseorang memiliki udzur atau halangan seperti tangan kanannya terluka, sehingga diperbolehkan menggunakan tangan kiri, maka hukumnya mubah (boleh). Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: الأكل باليد اليسرى
Adaayat lain yang membolehkan sedekah terang-terangan ; Q.S 13 ;22, Q.S 14 ;31, Q.S 16 ;75, dan Q.S 35 ; 29 "Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu". Kalimat ini menduduki peringkat ke 2 dalam kategori "alasan terbaik untuk tidak bersedekah" dalam kamus saya setelah alasan "biar dikit yang penting ikhlas".
Exemple Annonce Site De Rencontre Femme. ”Jika kalian menampakkan sedekah maka hal itu baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir maka hal itu lebih baik bagi kalian…” QS. Al-Baqarah 271 Sahabat pernahkah terpikir apa maksudnya sedekah tanpa diketahui oleh tangan kiri? Ya, tentu saja hal ini terkait dengan melakukan amalan sedekah secara diam-diam. Sesuai namanya, sedekah seperti ini sunyi senyap’, tak memperoleh ucapan terimakasih, apalagi liputan media. Karena jangankan orang lain… Bahkan tangan kirinya sendiri pun tak mengetahui sedekah yang diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Beberapa kisah para ulama berikut ini bisa kita teladani sebagai wujud nyata bersedekah tanpa diketahui oleh tangan kiri. Kisah pertama, sedekah yang dilakukan oleh Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Tidak pernah ada yang mengetahui siapakah yang selalu memberi sedekah berupa karung berisi tepung untuk penduduk dhuafa kota Madinah di malam hari. Setiap Shubuh tiba, para penduduk tersebut sudah menemukan sekarung tepung di depan pintu rumah mereka, dan hal ini terjadi tidak hanya sehari dua hari saja, melainkan selama bertahun-tahun. Lalu bagaimana kisah ini bisa sampai kepada kita sekarang? Sehingga kita mengetahui siapa yang melakukan sedekah rahasia tersebut? Ya, karena semua sedekah rahasia tersebut berhenti di hari kematian beliau. Dan betapa mengejutkan ketika orang yang memandikan jenazah beliau mendapati bekas kehitaman di punggungnya, tanda yang muncul akibat bertahun-tahun memanggul sendiri karung-karung tepung untuk dibagikan kepada kaum dhuafa. Awalnya tak ada yang mengetahui mengapa bekas kehitaman itu tampak di punggung beliau. Keluarga beliau pun tak paham bekas apa itu. Namun, pembantu beliau yang memang pernah memergokinya sedang memikul karung tepunglah yang memberitahukan. Hingga terang-benderang siapa pemberi sedekah rahasia untuk penduduk selama ini. Maasya Allah. Itulah sedekah yang dilakukan oleh keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Sedekah yang amat jauh dari riya’ apalagi pencitraan. Kisah kedua, sedekah yang dilakukan oleh Abu Amru bin Nujaid Seorang ulama hadits dan ahli zuhud, Abu Amru bin Nujaid, memberikan bantuan sebesar 1000 dinar kepada Abu Utsman Al Hirri yang saat itu bertanggungjawab terhadap krisis yang sedang terjadi di negeri Naisabur Khurasan. Esok harinya, dengan gembira Abu Utsman mengundang Abu Amru untuk duduk di sebuah majelis yang dihadiri banyak orang. Pada kesempatan itu, Abu Utsman mengungkapkan terimakasih yang mendalam atas bantuan 1000 dinar dari Abu Amru. Namun tanpa diduga, tiba-tiba Abu Amru berdiri di hadapan hadirin dan menyampaikan, ”Sesungguhnya harta yang saya berikan adalah harta ibu saya dan ternyata beliau tidak ridha, maka mestinya harta tersebut dikembalikan kepada saya untuk saya kembalikan kepada beliau.” Ucapan ini membuat semua yang datang ke majelis tersebut kaget, apalagi Abu Utsman. Sama sekali tak disangkanya Abu Amru akan meminta kembali sedekah yang telah diberikannya. Mau tak mau, ia pun mengembalikan 1000 dinar tersebut. Hadirin bubar dengan kekecewaan besar terhadap ulama yang membatalkan sedekahnya itu. Begitu malam tiba, Abu Amru mendatangi lagi Abu Utsman dengan memberi kembali 1000 dinar itu sambil mengatakan, ”Anda bisa memanfaatkan harta ini untuk keperluan seperti kemarin, dan tidak ada yang tahu akan hal ini kecuali kita.” Maasya Allah. Sahabat, sesungguhnya sedekah seperti itulah yang in syaa Allah akan membuat pelakunya mendapati naungan istimewa Allah pada hari kiamat kelak. “Ada tujuh kelompok orang yang akan mendapatkan naungan rahmat Allah di hari kiamat di mana tiada tempat bernaung selain naungan Allah, di antaranya adalah “Lelaki yang bersedekah kemudian dirahasiakannya sampai-sampai tangan kirinya tidak megetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya.” HR. Muslim Maka, meskipun sedekah secara terang-terangan tidak Allah larang, namun sangat dahsyat jika kita juga memiliki sedekah sembunyi-sembunyi yang bahkan tidak diketahui oleh tangan kiri sendiri. Siapkah kita mengamalkannya? SH Baca Juga Menyesali Sedekah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Yang Viral Yang MenginspirasiAamir Khan bersedekah tepung kepada warga miskin di Delhi. Kawasan yang terdampak parah wabah Corona di Aamir Khan menuai banyak pujian. Dari seluruh penjuru dunia. Isi bantuan dari Aamir Khan hanya 1 kg tepung saja. Tapi...'Tapi'-nya ada pertama, bantuannya sebanyak 1 truk. Tapi kedua, dalam kemasan tepung seberat 1 kg itu terdapat uang yang jika dikonversikan ke mata uang kita sekitar 3 juta rupiah. Tapi yang ketiga, ternyata Aamir Khan membantah berita yang sudah terlanjur viral itu. Dia merasa tidak melakukan sedekah itu. Menurutnya, bisa jadi berita bagi-bagi tepung itu hanya cerita karangan. Bisa jadi juga itu adalah aksi seorang dermawan yang tidak ingin diketahui itu benar atau tidak, di hari hari berikutnya, sedekah dengan model "Kemasan Biasa, Isi Luar Biasa" itu ditiru oleh banyak orang. Terutama oleh orang-orang yang punya pengaruh, Youtuber seorang oknum Youtuber yang nge-prank transpuan. Katanya kardus berisi makanan tapi ternyata sampah. Sudah lah ya. Itu tidak kita Happiness 1 2 3 4 5 6 Video Pilihan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Matius 63 ITB Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan yang Tuhan Yesus berikan ini begitu kuat menjelaskan agar kita belajar untuk memberi dengan diam-diam, pertama bahwa kita tidak perlu orang lain tahu apa yang kita berikan sebab tujuannya bukan untuk orang tahu melainkan untuk membantu orang-orang yang memerlukan. Dan lebih jauh lagi, kedua, bahkan dalam diri kita sendiri tidak perlu mengingat-ingat apa yang telah kita berikan kepada orang lain. Sesama anggota tubuh kita tidak perlu mendiskusikan apa yang telah kita berikan kepada sesiapapun. Sesungguhnya itu adalah rahasia pemberian yang sejati dan luar biasa. Memberi karena rindu memberi dan bukan karena alasan apapun yang lainnya. Tuhan Yesus sendiri menunjukkan prinsip ini kepada kita dengan beberapa kali mengatakan kepada mereka yang disembuhkanNya agar tidak memberitahukan hal itu kepada orang lain, kecuali mereka yang harus pergi kepada imam untuk memenuhi tuntutan agama mereka maka Yesus pun menyuruh mereka untuk menunaikannya tetapi tidak untuk mendeklarasikannya Matius 84, Matius 930, Markus 144; Yohanes 74. Hal ini sebenarnya sangat mudah untuk dimengerti. Walikota Solo yang mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, bercerita tentang beberapa peristiwa dimana rakyat yang sakit menyebut-nyebut namanya sehingga dibawa ke rumah dinas. Jokowi membasuh tangan, lalu mengusapkannya di wajah orang sakit itu dan kemudian mendoakannya dan ternyata sembuh. Begitu juga berikutnya dia berdoa untuk orang yang kesurupan dan menjadi sadar. Ketika berbagi kisah itu, Pak Jokowi, sapaan akrabnya, dengan tegas meminta agar wartawan jangan memasukkan berita itu ke koran sebab ia tidak mau akhirnya rumah dinas penuh dengan orang sakit dan orang kesurupan. Mengapa? Sebab tujuan dan arah hidupnya adalah menjadi pemimpin untuk kota Solo dan bukannya menjadi tabib atau dokter. Jika keinginan dan tujuan beliau adalah popularitas maka hal ini harusnya didramatisir lagi dalam pemberitaannya, tetapi karena tujuannya jelas bukan untuk itu maka ia hanya mengasihi orang yang sakit itu dan meminta untuk tidak di publikasikan. Itulah alasan yang kuat dan jelas mengapa Tuhan Yesus mengatakan kepada orang yang disembuhkanNya untuk tidak memberitahukan hal itu kepada sesiapapun. Pertanyaannya adalah bagaimana sikap dan apa pula yang menjadi tujuan kita dalam memberi atau melakukan sesuatu untuk orang lain? Sungguh-sungguh mengasihi atau karena menginginkan yang lain? Memberi itu sebagai tujuan atau jalan yang dimanfaatkan untuk tujuan lain? Bapa, betapa tidak mudahnya menelaah dan melakukan hal ini, khususnya ketika ada situasi tertentu yang sepertinya memaksa saya untuk mengungkit dan mengungkapkan yang baik yang telah saya lakukan. Tetapi saya dikuatkan hari ini untuk memerhatikan apa yang menjadi motivasi dan sasaran dari pemberian saya. Biarlah hanya tangan kanan yang tahu, anggota tubuh yang lain tak perlu tahu apalagi menghafal atau mengumbarnya kepada orang lain. Memberi karena memberi sehingga meskipun ada godaan untuk memberitahukan apa yang saya lakukan tak akan berhasil memprovokasi lagi. Tuhan Yesusku telah menjadi teladan yang luar biasa dalam memberi dan tidak mengungkit, tidak pula mengungkapkannya kepada orang lain. Terpujilah Engkau senantiasa ya, Tuhanku. Amen. Lihat Catatan Selengkapnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perihal memberi dan menerima, memang terkadang menjadi dilema, karena begitu banyak orang yang ikhlas memberi tanpa harus melakukan pencitraan dan dengan sikap kerendahan hati, namun banyak sekali sekarang kita lihat pencitraan dalam memberi bantuan kepada orang yang sangat kita dalam kondisi penuh permasalahan selama akibat yang ditimbulkan oleh pandemi covid-19 yang belum selesai sampai detik ini. Doa dan harapan selalu dikumandangkan agar pandemi ini segera usai. Segala cara dilakukan Pemerintah termasuk langkah-langkah pencegahan berskala besar agar tidak banyak yang dampak dan bahaya yang lebih besar akan muncul jika diberlakukan lockdown, maka Pemerintah lebih memilih PSBB alias Pembatasan Sosial Berskala Besar demi keberlangsungan hajat hidup orang banyak. Disamping memperhatikan keselamatan dan kesehatan warga, Pemerintah juga harus fokus pada kondisi ekonomi agar tidak hancur total akibat kebijakan yang salah. Yang penting, semua warga negara Indonesia mematuhi semua protokol kesehatan yang telah dibuat, sehingga kita bisa menjaga diri, menjaga kesehatan dan bisa memutus rantai penyebaran covid-19 dan kita juga bisa menjalankan aktivitas di luar rumah, jika itu memang harus dilakukan di luar tidak dapat dipungkiri bahwa akibat pandemi covid-19, semuanya berubah, kesedihan dan ketakutan membayangi kehidupan kita. Tidak jarang kita menjadi parno. Tau yah parno? Bahasa gaul yang berasal dari kata paranoid, yang artinya suatu keadaan yang berlebihan dalam rasa takut, curiga, khawatir dan menjaga jarak, tidak bersalaman, tidak bersentuhan, saat berbicara harus pakai masker, tidak boleh berkerumun dan semua himbauan Pemerintah harus kita patuhi, termasuk tidak boleh mudik di hari Lebaran nanti, merupakan aturan yang harus kita patuhi jika tidak mau tertular pandemi ini, tidak dapat dipungkiri semakin banyak yang menderita dan membutuhkan uluran tangan dan bantuan dari sesama warga Indonesia. Nah, disaat seperti inilah sedekah kita sangat dibutuhkan oleh sesama kita yang menderita akibat pandemi covid-19. Memberi dan menerima, adalah dua hal yang saling ketergantungan dalam sebuah ekosistem. Memberi sedekah sebuah perbuatan mulia yang akan mendapatkan pahala apabila pemberian kita itu tidak usah diumbar ke muka umum. Pemberian sedekah kita itu hendaknya diberikan dengan iklas hati, tidak pamer, tidak boleh membanggakan diri karena pemberian kasih sayang yang kita berikan telah membahagiakan yang berkesusahan, tidak boleh memamerkan kedermawanan nasehat yang diberikan oleh agama apapun itu. Hendaklah apa yang diberikan oleh tangan kananmu, tidak usah diketahui oleh tangan kirimu! Begitulah nasehat-nasehat orangtua yang harusnya kita pedomani saat bersedekah disaat pandemi seperti kita, sekecil apapun itu, tetapi sangat bermanfaat bagi yang membutuhkannya, sehingga kita bisa menjadi sosok-sosok yang memberikan kebahagiaan bagi sesama kita, atau istilah kerennya, connecting happines di saat pandemi covid-19. 1 2 3 4 Lihat Kurma Selengkapnya
Oleh Muhammad IshomDalam sebuah hadits dinyatakan bahwa kelak pada hari Qiamat Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada 7 golongan orang. Salah satunya adalah golongan orang yang semasa hidupnya suka bersedekah sedemikian rupa sehingga tidak diketahui orang lain. Dalam hadits itu disebutkan bahwa ketika tangan kanan memberikan sedekah, tangan kiri tidak mengetahuinya. Tangan kiri dalam hadits tersebut dipahami sebagai perumpamaan orang lain. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah tersebut berbunyiورجل تصدق بصدقة فاخفاها حتى لا تعلم شماله ما صنعت يمينه“Seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.”Hadits tersebut pada umumnya dipahami seperti itu, yakni sedekah yang paling baik adalah sedekah yang tidak diketahui orang lain. Atas dasar pemahaman seperti itu, maka tidak jarang kita mendengar atau menemukan daftar penyumbang anonim, yakni seseorang memberikan sedekah atau sumbangan dengan tidak mencantumkan namanya; atau dengan mengidentifikasi diri sebagai “Hamba Allah”. Pemahaman seperti itu memang sudah jamak. Namun, jika pemahaman seperti itu yang benar, maka pertanyaaanya bagaimanakah sikap kita ketika kita disodori list atau daftar penyumbang di mana nama penyumbang dan besarnya sumbangan dicantumkan secara jelas? Bagaimana pula ketika kita berada di masjid, misalnya, kita disodori kotak infaq berjalan? Apakah sebaiknya kita menolak mengisi kotak infaq itu dengan alasan khawatir tidak ikhlas karena dilihat banyak orang? Untuk menjawab persoalan-persoalan di atas, marilah kita telaah sampai dimana pemahaman seperti itu bisa diterima. Untuk maksud itu, saya akan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dasar rujukan, atau sering disebut dengan dalil naqli dan logika yang sering disebut dengan dalil aqli. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara panjang lebar, saya ingin menyampaikan jawaban sementara bahwa pemahaman tangan kiri adalah perumpamaan orang lain bukanlah pemahaman yang tepat.. Argumentasi saya adalahPertama, tangan kiri jika dikaitkan dengan tangan kanan sebagaimana disebut dalam hadits di atas, kurang tepat jika ditafsirkan sebagai orang lain. Alasannya, tangan kiri dan tangan kanan merupakan pasangan anggota badan yang terdapat dalam diri seseorang, sebagaimana telinga kiri berpasangan dengan telinga kanan, kaki kiri berpasangan dengan kaki kanan, dan seterusnya. Singkatnya, tangan kiri bukanah orang lain, tetapi bagian dari diri sendiri dalam satu dalam Al-Qur’an kata “kanan” sering dikaitkan dengan “kebaikan”, dan kata “kiri” dikaitkan dengan “keburukan”. Sebagai contoh misalnya, dalam Surah Al Waqi’ah, ayat 27, terdapat istilah “ashabul yamin” artinya golongan kanan; dan dalam ayat 41 terdapat istilah “ashabus syimal” artinya golongan kiri. Yang dimaksud “Ashabul yamin” golongan kanan adalah orang-orang baik yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan dan oleh karena itu mereka masuk surga. Sedangkan “ashabus syimal” golongan kiri adalah orang-orang jelek yang menerima catatan amalnya dengan tangan kiri, dan karena itu mereka masuk neraka sebelum kemudian masuk surga setelah masa hukumannya habis terlebih dahulu. Singkatnya, “kanan” berarti “baik” dan “kiri” berarti “buruk” atau “jelek”. Dalam kaitan dengan hadits di atas, jika “tangan kiri” diartikan sebagai orang lain, maka arti itu kurang sehubungan dengan makna-makna tersebut, maka “tangan kanan” dalam hadits di atas dapat diartikan sebagai simbol positif berupa amal sedekah kepada orang lain dengan dilandasi niat yang baik. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan “tangan kanan” adalah perbuatan baik yang didorong oleh keinginan yang baik, yakni niat ikhlas beribadah semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Inilah yang sering disebut dengan nafsul muthmainnah, yakni nafsu yang baik. Sedangkan “tangan kiri” adalah simbol negatif berupa kejelekan yang didorong oleh keinginan yang jelek, seperti riya’, pamrih dan sombong. Inilah yang sering disebut dengan nafsul ammarah bis suu’, yakni nafsu yang apakah sedekah yang dilakukan secara rahasia dan tidak diketahui orang lain dijamin pasti lebih baik dari pada yang dilakukan secara terbuka? Jawabanya, belum tentu sebab baik buruk suatu amal tergantung pada keikhlasan, sedangkan keikhlasan itu terletak di dalam hati. Bisa saja seseorang bersedekah dengan menggunakan anonim, seperti “Hamba Allah”, tetapi dalam hati sebenarnya ia sangat membanggakannya. Ini bisa berarti riya’, yang berarti pula tidak ikhlas. Demikian sebaliknya, bisa saja seseorang bersedekah secara terbuka dengan mencantumkan nama yang jelas dan diketahui orang banyak, tetapi dalam hatinya tidak ada rasa pamer sedikitpun dan jauh dari keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Bukankah yang disebut terakhir itu lebih baik dari pada yang disebut pertama? Kelima, Al-Qur’an membolehkan sedekah dilakukan secara terbuka atau terang-terangan sebagaimana diperbolehkannya sedekah secara rahasia atau tertutup. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al Baqarah, ayat 274الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang – terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."Berdasar pada ayat di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan berarti antara sedekah yang dilakukan secara sirri atau rahasia dengan sedekah yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan. Al-Qur’an mengakui keabsahan dan kebaikan keduanya meski beberapa ulama berpendapat bahwa sedekah untuk pribadi lebih baik tidak diketahui orang lain untuk menjaga privasi pihak penerima. Jika demikian halnya, maka sejatinya yang terpenting dalam bersedekah adalah keikhlasan atau niat tulus dan bersih dari keinginan-keinginan duniawi, seperti mendapatkan balasan yang lebih banyak; mendapatkan pujian dari orang lain; mendapatkan popularitas di tengah-tengah masyarakat; atau pencitraan dengan maksud-maksud tertentu. Keikhlasan seperti itu hanya bisa dicapai ketika seseorang dalam bersedekah menyembunyikan tangan kanannya agar tidak diketahui oleh tangan kirinya. Maksudnya, jangan sampai sedekah yang kita lakukan dengan niat samata-mata beribadah kepada Allah, dirusak oleh nafsu jelek yang ada dalam diri kita sendiri. Untuk itu, ada baiknya kita adakan upaya melupakan setiap sedekah yang telah kita lakukan agar keikhlasan benar-benar terjaga. Artinya, tidak perlu kita mengingat-ingat kembali sedekah yang telah kita keluarkan seberapapun banyaknya sebab hal itu sama saja dengan membuka peluang bagi tangan kiri atau nafsu jelek untuk merusak keikhlasannya. Jika kita telah mampu melupakannya, dalam arti benar-benar dapat mengendalikan tangan kiri, maka goda-godaan apapun, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar, tidak akan akan mampu mempengaruhi keikhlasan kita. Jika hal itu bisa kita capai, maka itulah yang dimaksud merahasiakan sedekah demi mencapai keikhlasan yang optimal. Bukan merahasiakan terhadap orang lain, tetapi terhadap nafsunya sendiri yang disimbolkan dengan tangan kiri. Ketika kita ikhlas, maka tidak ada persoalan apakah sedekah itu kita lakukan secara terbuka dengan diketahui orang lain atau kita lakukan secara rahasia tanpa diketahui orang lain. Singkatnya, dalam bersedekah tantangan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain, yakni bagaimana kita bisa bersedekah secara ikhlas dalam arti yang sebenarnya. Dengan argumentasi-argumentasi sebagaimana saya uraikan di atas, maka saya berkesimpulan yang dimaksud tangan kiri dalam hadits di atas adalah nafsu kita sendiri yang disebut nafsul amamrah bis suu’. Dengan demikian, jika tangan kiri dipahami sebagai orang lain dan sedekah dianggap lebih baik apabila dirahasiakan dari orang lain, maka pemahaman itu kurang tepat. Apalagi sekarang manajemen modern menuntut adanya transparansi dan akuntabiltas, terutama dalam laporan-laporan keuangan. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum KPU telah menetapkan Peraturan KPU Nomor 17 Tahun 2013 tentang pedoman pelaporan dana kampanye. Dalam peraturan itu, seorang penyumbang dana untuk partai politik tidak diperkenankan menggunakan anonim, seperti “Hamba Allah”. Alasannya, untuk mencegah dana yang diterima partai politik termasuk dalam unsur pidana, seperti uang dari perbuatan korupsi dengan tujuan money laundry, dan adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta
sedekah tangan kiri tidak boleh tahu